Inilah seorang ibu,
Bangun sebelum semuanya terjaga
Dan tidur ketika semua telah terlelap
Ia tumpuan kasih sayang
Ia bagai cahaya pada malam kelam
Tempat bersandar ketika perih menghujang
Tempat berteduh ketika hati ini sedang gundah
Tak ada yang bisa sepertimu ibu
Di malam yang kelam
Engkau rela bangun di sepertiga malam terakhir
Engkau bersujud pada Nya
Engkau memohon ampun, bersimbah dan berdo’a untuk kami
Berdo’a untuk kami dan untuk keluarga kami
Ia tak pernah lupa akan kewajibannya
Ia seorang yang taat pada suami
Sayang kepada anak
Serta suri tauladan bagi keluarga
Kau lah ibu..
Kadang lisan ini tak terkendali
Sering ku berkata kasar padamu
Sering ku sepelekan semua petuahmu
Sering ku menolak semua yang kau perintahakn padaku
Seolah aku ini benar2 anak yang tak tahu malu
Dilahirkan, dibesarkan, dididik, dan diberi kasih sayang
Lalu mengapa rasanya enggan tuk melakukan sedikit untukmu ibu?
Ingin kukatakan rasa maafku padamu
Tapi bibir ini tak mampu berkata apa2
Seolah tertutup oleh rasa malu terhadapmu
Malu karena rasa kasih sayangmu begitu besarnya
Sedangkan aku tak mampu memberikanmu apa2
Ingin kukatakan rasa cintaku untukmu ibu
Tapi bibir ini membisu
Tak mampu
Begitu sulitnya
Aku hanya bisa memendamnya
Memendam rasa yang terdalam dalam hidup ini,
Yang tak pernah bisa terungkap
Rasa cintaku padamu
Jumat, 20 November 2009
1 SMS DARIMU
Setelah mendengarkan azan ashar, HP ku berbunyi. Kulihat ada satu pesan diterima. Ketika aku membukanya, ternyata dari ibuku. Beliau mengatakan bahwa beliau merindukanku dan menanyakan kapan aku pulang kampung. Mungkin ada yang ingin dibicarakannya. Aku jadi teringat ketika aku masih tinggal di asrama, saat aku menahan rindu yang membuncah. Ketika itu aku sedang duduk di bangku SMA dan sedang bersiap-siap untuk mengikuti bimbingan belajar yang merupakan program dari sekolah. Aku menyiapkan buku yang akan ku bawa, sesekali aku memeriksa apakah buku dan perlengkapan alat tulis yang akan ku bawa sudah lengkap. Sambil menata buku kudengar suara anak-anak TPA yang sedang mengalunkan bacaan A ba ta nya dengan mikrofon. Aku tahu, suara itu berasal dari sudut desa yang ada di kota solo ini. Seketika, hatiku seakan tersentuh. Teringat semua yang telah kulalui. Teringat desaku yang dulu selalu riuh dengan alunan-alunan qira’ati anak-anak TPA yang sedang belajar membaca alQur’an, teringat dengan surau tua desaku yang dulu selalu penuh dengan anak-anak TPA yang dengan semangat akan belajar membaca alQur’an, teringat bangunan TPA yang hingga kini belum direnovasi, teringat semua hiruk pikuk lantunan alqur’an dari setiap sudut kelas yang ada di TPA, teringat guru-guru TPA ku yang tanpa kenal lelah mengajariku membaca Alqur’an hingga kini aku mampu melafalkannya, teringat teman-teman lama yang dulu kami selalu berangkat bersama menuju TPA, teringat sepeda mini merahku yang selalu kugunakan berangkat TPA, teringat bagaimana dulu aku pernah mogok masuk TPA karena ada teman sekelasku yang menjahiliku, teringat betapa bodohnya aku ketika aku tak sanggup melawan temanku yang menjahiliku, teringat orangtuaku yang dulu selalu memburuku untuk berangkat ke TPA tempatku belajar mengaji, teringat setumpuk kitab yang harus ku pelajari demi kelulusanku dari TPA, dan teringat betapa bangganya orangtuaku ketika aku lulus TPA dengan mendapatkan peringkat ke-2 seangkatanku.
Seketika aku meneteskan air mata. Perih hati ini mengingat semuanya. Seakan ingin kembali ke masa lalu, masa ketika aku masih belia dan tanpa beban, masa ketika aku sangat mencintai mengaji dan masa ketika aku sangat mematuhi kedua orangtuaku. Kini, semua telah berubah. Aku kini telah lulus dari bangku SMA dan sedang melanjutkan di bangku kuliah. Semakin besar aku semakin jarang melantunkan ayat-ayat suci Alqur’an, padahal dulu aku selalu melantunkannya setelah shalat maghrib. Aku sangat malu pada diriku sendiri. Bagaimana mungkin semakin besar bacaan Alqur’anku malah semakin memburuk. Ku pejamkan mataku sejenak. Merenungi kemerosotan kualitas diriku sendiri.
Aku kembali teringat sms ibuku, kubuka kembali dan kubacanya. Kuresapi setiap kata-katanya, dan aku pun kembali teringat orangtuaku. Orangtuaku yang dulu muda dan kuat, kini mulai melemah. Ibu yang dulu sanggup mengurus ke 5 anaknya, kini mulai mudah lelah. Ayah yang dulu adalah seorang pekerja keras dan sangat mecintai keluarga, kini sudah mulai sakit-sakitan dan tak sanggup menopang keluarga sendiri. Kakak-kakakku yang dulu selalu memanjakanku, kini sudah mulai mengurus diri mereka masing-masing. Semula aku tak bisa menerima ini, namun ini lah kenyataan. Semula aku terus menangis mengapa secepat itu waktu merubah segalanya. Begitu sulit dipahami. Sekarang semuanya bukan seperti dulu lagi. Aku kini telah tumbuh besar, dan telah memiliki tanggung jawab. Aku mulai mengurus hidupku sendiri tanpa harus semuanya kugantungkan kepada orangtuaku, layaknya dulu ketika aku masih belia. Aku menjadi tempat orangtuaku mengadu, dan aku harus bisa membantu orangtuaku menacari solusi ketika mereka mendapat masalah. Ini sungguh bukan tanggung jawab yang mudah bagiku. Namun rasa sayangku pada kedua orangtuaku mampu merubah persepsiku. Perlahan aku mulai mampu memosisikan diri untuk mengemban tanggung jawab itu. Dan aku sangat menikmatinya.
SMS dari ibu yang memintaku pulang seakan membuatku terpaku. Ada apa gerangan? Apa yang ingin beliau bicarakan? Akhirnya kuputuskan akhir pekan ini untuk pulang, demi mendengar keluhan orangtuaku.
Seketika aku meneteskan air mata. Perih hati ini mengingat semuanya. Seakan ingin kembali ke masa lalu, masa ketika aku masih belia dan tanpa beban, masa ketika aku sangat mencintai mengaji dan masa ketika aku sangat mematuhi kedua orangtuaku. Kini, semua telah berubah. Aku kini telah lulus dari bangku SMA dan sedang melanjutkan di bangku kuliah. Semakin besar aku semakin jarang melantunkan ayat-ayat suci Alqur’an, padahal dulu aku selalu melantunkannya setelah shalat maghrib. Aku sangat malu pada diriku sendiri. Bagaimana mungkin semakin besar bacaan Alqur’anku malah semakin memburuk. Ku pejamkan mataku sejenak. Merenungi kemerosotan kualitas diriku sendiri.
Aku kembali teringat sms ibuku, kubuka kembali dan kubacanya. Kuresapi setiap kata-katanya, dan aku pun kembali teringat orangtuaku. Orangtuaku yang dulu muda dan kuat, kini mulai melemah. Ibu yang dulu sanggup mengurus ke 5 anaknya, kini mulai mudah lelah. Ayah yang dulu adalah seorang pekerja keras dan sangat mecintai keluarga, kini sudah mulai sakit-sakitan dan tak sanggup menopang keluarga sendiri. Kakak-kakakku yang dulu selalu memanjakanku, kini sudah mulai mengurus diri mereka masing-masing. Semula aku tak bisa menerima ini, namun ini lah kenyataan. Semula aku terus menangis mengapa secepat itu waktu merubah segalanya. Begitu sulit dipahami. Sekarang semuanya bukan seperti dulu lagi. Aku kini telah tumbuh besar, dan telah memiliki tanggung jawab. Aku mulai mengurus hidupku sendiri tanpa harus semuanya kugantungkan kepada orangtuaku, layaknya dulu ketika aku masih belia. Aku menjadi tempat orangtuaku mengadu, dan aku harus bisa membantu orangtuaku menacari solusi ketika mereka mendapat masalah. Ini sungguh bukan tanggung jawab yang mudah bagiku. Namun rasa sayangku pada kedua orangtuaku mampu merubah persepsiku. Perlahan aku mulai mampu memosisikan diri untuk mengemban tanggung jawab itu. Dan aku sangat menikmatinya.
SMS dari ibu yang memintaku pulang seakan membuatku terpaku. Ada apa gerangan? Apa yang ingin beliau bicarakan? Akhirnya kuputuskan akhir pekan ini untuk pulang, demi mendengar keluhan orangtuaku.
Rabu, 11 November 2009
5 CM ( Dikutip dari sebuah novel yang luar biasa, 5 cm)
Biarkan keyakinan kamu 5 cm menggantung, mengambang di depan kening kamu. Dan setelah itu yang kamu perlu cuma..
Kaki yang berjalan lebih jauh dari biasanya, tangan yang akan berbuat lebih banyak dari biasanya, mata yang akan menatap lebih lama dari biasanya, leher yang akan lebih melihat keatas, lapisan tekat yang 1000x lebih keras dari baja, dan hati yang akan bekerja lebih keras dari biasanya, serta mulut yang senantiasa berdo’a.. dan kamu akan dikenang sebagai seorang yang masih punya mimpi dan keyakinan. Bukan Cuma seonggok daging yang punya nama. Kamu akan dikenang sebagai seorang yang percaya pada kekuatan mimpi dan mengejarnya, bukan seorang pemimpi saja. Bukan orang biasa-biasa saja yang tidak mempunyai tujuan, mengikuti arus dan kalah oleh keadaan. Tapi seorang yang yang selalu percaya pada kejaiban mimpi, cita-cita dan keyakinan manusia yang tak terkalkulasikan dengan angka berapa pun. Dan kamu tidak perlu bukti apakah mimpi-mimpi itu akan terwujud nantinya, kamu hanya harus mempercayainya.
ASA-MU ASA-KU
Rinduku tiba, bayang pun sirna
Pagi nestapa, malam pun merana
Hati gundah nan gelisah
Merindui… tak terperi
Bunda…
Engkaulah bidadari menawan hati
Melindungi dan menyayangi
Mengasihi sepenuh hati
Saat aku hendak pergi
Kau sibuk siapkan bekal
Berharap sepenuh hati
Kelak aku jadi berakal
Saat ku jauh darimu
Bayangmu hadir di benakku
Seakan mulai bertanya
Apakah anakmu mampu?
Ku akan selalu berusaha
Tuk gapai cita-citaku
Ku akan menuntut ilmu
Karna ASA-MU adalah ASA-KU
Pagi nestapa, malam pun merana
Hati gundah nan gelisah
Merindui… tak terperi
Bunda…
Engkaulah bidadari menawan hati
Melindungi dan menyayangi
Mengasihi sepenuh hati
Saat aku hendak pergi
Kau sibuk siapkan bekal
Berharap sepenuh hati
Kelak aku jadi berakal
Saat ku jauh darimu
Bayangmu hadir di benakku
Seakan mulai bertanya
Apakah anakmu mampu?
Ku akan selalu berusaha
Tuk gapai cita-citaku
Ku akan menuntut ilmu
Karna ASA-MU adalah ASA-KU
PERBEDAAN = KEKUATAN
Perbedaan di antara kita
Memberi warna di kehidupan
Sehingga dunia tetap berputar
Mengringi zaman..
Perbedaan. Satu kata yang singkat namun besar maknanya. Dimanapun kita berada, pasti mengalami adanya perbedaan. Dari perbedaan secara fisik maupun non fisik. Terkadang kita terlalu mempermasalahkan adanya perbedaan- perbedaan yang ada diantara kita. Sepertinya sulit di percaya bukan? Tapi banyak lho yang masuk didalamnya. Agar bisa lebih dipahami, saya berikan beberapa contoh ya yang tidak jauh dari kehidupan kita sehari-hari:
Memberi warna di kehidupan
Sehingga dunia tetap berputar
Mengringi zaman..
Perbedaan. Satu kata yang singkat namun besar maknanya. Dimanapun kita berada, pasti mengalami adanya perbedaan. Dari perbedaan secara fisik maupun non fisik. Terkadang kita terlalu mempermasalahkan adanya perbedaan- perbedaan yang ada diantara kita. Sepertinya sulit di percaya bukan? Tapi banyak lho yang masuk didalamnya. Agar bisa lebih dipahami, saya berikan beberapa contoh ya yang tidak jauh dari kehidupan kita sehari-hari:
Suatu kelompok remaja sedang memperbincangkan betapa tidak fashionable-nya seorang gadis yang sedang melintas di depan mereka. Mereka menganggap bahwa pakaian gadis itu sudah ketinggalan zaman dan sangat jadul (jaman dulu).
X, seorang yang sangat cerdas dan pandai dikelasnya, tidak mau bergaul dengan siswa-siswa lain yang kecerdasannya ada di bawahnya. Karena ia menganggap bahwa dengan ia bergaul dengan yang tidak sepandai dia, ia hanya akan mendapatkan kerugian saja.
kelompok itu tidak semestinya ada. Karena akan membuat masalah saja.
Dan masih banyak lagi.
Sadar tidak, kita sering lho melakukan hal-hal seperti diatas.. seakan – akan perbedaan adalah sesuatu yang negatif bukan?. Padahal, bukan perbedaan nya yang negatif, tapi orang yang menilai lah yang belum mampu memaknai arti dari perbedaan. Sehingga, kerana ketidakmampuan dalam memaknai perbedaan akhirnya perbedaan menjadi sesuatu yang negatif dan menimbulkan banyak konflik. Hanya karena berbeda pendapat saja, suatu tim yang sedang mengerjakan proyek bisa menimbulkan perpecahan interpersonal antar anggota kelompok. Padahal, bisa dibayangkan bagaimana jika tidak ada keselarasan dan kekompakan dalam suatu tim? Apa yang akan terjadi? Proyek akan gagal dan hubungan interpersonal antar anggota kelompok akan memburuk. Maka dari itu sebisa mungkin kita belajar memaknai arti perbedaan yang sesungguhnya.
Perbedaan bukan lah bencana, perbedaan bukanlah mara bahaya, perbedaan bukanlah monster jahat yang menganggu tidur setiap anak di dunia. Namun, perbedaan adalah kekuatan yang kita miliki. Dengan adanya perbedaan kita bisa mengenal beragam-ragam karakter manusia, dengan perbedaan kita bisa terlatih menjadi seorang yang menghargai antar sesama, dengan perbedaan kita bisa mengerti arti dari kebersamaan, dengan perbedaan kita bisa menjadi lebih bijaksana, dan masih banyak lagi. Sepertinya menarik bukan?. Agar bisa lebih dipahami, saya beri contoh kecil ya bahwa kita bisa menjadikan perbedaan sebagai kekuatan.
Suatu tim penelitian yang terdiri dari 6 orang sedang mengerjakan proyek penelitian yang membutuhkan usaha dan kerja keras yang tinggi. 6 orang anggota tim ini mempunyai karakter yang sama sekali berbeda. Namun, mereka mampu menjadikan perbedaan sebagai sumber kekuatan bagi mereka.
Orang 1 : si pemimpin, ia mampu mengarahkan dan memimpin anggota kelompoknya dengan bijaksana. Ia mampu memberikan motivasi yang tinggi kepada anggota kelompoknya. Ia juga seorang pendengar dan penengah yang baik.
Orang 2 : si pengikut, ia sangat mendukung apa yang diperintahkan oleh sang pemimpin.. Orang ini bisa sangat bersemangat ketika mengerjakan tugas-tugas yang diperolehnya. Orang ini suka turun ke lapangan dan mengerjakan tugas-tugas mereka.
Orang 3 : si kreatif, ia sering memberikan inspirasi-inspirasi dan ide-ide baru yang cemerlang. Ia suka mengemukakan gagasan-gagasan yang luar biasa yang mampu menghasilkan sasuatu yang baru.
Orang 4 : si gigih, ia sangat tekun dan gigih dalam bekerja. Seorang pekerja keras dan pantang menyerah. Ia tak kan berhenti bekerja sebelum semuanya beres.
Orang 5 : si biang gossip, ia sangat suka membanggakan diri. Menganggap dirinya lebih mampu dari pada yang lainnya. Orang ini sedikit menjengkelkan. Namun,terkadang ia sangat menyenangkan dan pandai mencairkan suasana. Ia juga sangat fungsional untuk mempublikasikan betapa hebatanya tim ini.
Orang 6 : si pemalas, ia lamban dalam bekerja. Ia tidak dapat mengerjakan tugas tepat pada waktunya. Orang ini sedikit menjengkalkan, karena tidak mempunyai semangat yang tinggi untuk mengerjakan tugas tepat pada waktunya. Akan tetapi, jika kita mampu memberikan motivasi yang dapat membangkitkan minatnya, ia akan sama fungsionalnya dengan si pengikut.
Ke 6 orang tersebut tidak ada yang lebih unggul satu sama lain. Semua saling melengkapi. Tidak ada yang lebih buruk, juga tidak ada yang lebih baik. Suatu tim membutuhkan seorang pemimpin yang bijak demi hubungan baik antar anggota kelompok, membutuhkan pekerja keras demi kelangsungan proyek yang sedang mereka kerjakan, membutuhkan si pengikut sebagai pendukung aktif ketika mengerjakan proyek, membutuhkan si kreatif yang dapat memberikan inspirasi baru ketika jalan mereka sedang buntu, membutuhkan si biang gossip agar situasi kerja tetap menyenangkan, dan membutuhkan si pemalas untuk mendukung si pengikut dalam malaksanakan tugasnya. Ke 6 orang ini mempunyai karakter sendiri-sendiri, namun dengan rasa saling menghargai dan menyadari bahwa mereka saling membutuhkan antara satu dan yang lainnya, mereka menjadi tim yang hebat justru karena perbedaan mereka. Terdapat kerjasama dan hubungan yang baik bukan di antara mereka? Sementara di antara mereka juga tidak luput oleh adanya perbedaan karakter yang sama sekali berbeda. Namun mereka mampu memaknai perbedaan yang ada dengan bijaksana sehingga perbedaan dapat berubah menjadi sebuah kekuatan. Kuncinya hanyalah rasa saling mengerti dan saling menghargai yang mereka berikan, yang akan mengubah perbedaan menjadi sebuah kekuatan.
Jumat, 06 November 2009
latihan nulis blog
dari wordpress ampe blogspot. akhirnya pake blogspot juga bikinnya. di LPM pabelan bareng - bareng ama temen-temen lain. lama banget lagi loadingnya. tapi dengan semangat 45 akhirnya jadi juga blog aku yang kedua ini (hihihi.. gaya banget blog yang kedua, yang pertama aja udah nggak tau kemana). tapi sebenernya aku bikin blog yang kedua ini setengah-setengah terpaksa.. hehe..kalau nggak gara-gara ada perlunya, mungkin nggak jadi-jadi nih blog. tapi aku punya semangat yang tinggi lho buat mendalami ilmu blogging ini.. so, biar tau kemajuan aku dalam belajar blogging, buka terus ya blog aku..
Langganan:
Postingan (Atom)